Tombol
mode di sisi kanan panel atas D5100 menyediakan akses ke mode berbagai
eksposur, dengan Program biasa, Aperture-priority, Shutter-priority, dan
modus operasi manual ditemukan pada semua DSLR Nikon, ditambah modus
Auto, total dari
enam Scene mode (yang Nikon sebut "Vari-Program"), pengaturan Tema yang
mengakses suatu 11 mode scene tambahan tidak pada dial, dan posisi Efek
yang mengakses 7 special efek mode. Berikut adalah daftar lengkap dari apa yang tersedia:
Auto:Kamera set hampir segalanya. Digunakan
untuk snapshot atau pengguna yang hanya tidak ingin diganggu dengan
rincian tentang bagaimana kamera akan melakukan tugasnya. Lampu AF-assist akan datang jika diperlukan, dan kamera memilih titik AF yang meliputi subjek terdekat.
Nikon D5100 Capture Modes
Review Nikon D5100
Dahulu kita kenal Nikon D5000 sebagai
pengisi celah antara D3000 (kamera pemula) dan D90 (kamera menengah) di
masa lalu. Kini tradisi itu dipertahankan dengan keberadaan D5100
(harga 7 juta) yang mengisi celah antara D3100 (harga 5 jutaan) dan
D7000 (harga 11 jutaan). Bagi sebagian orang, D5100 adalah solusi tepat
karena dia bisa mendapat kamera yang tidak terlalu basic dan
tidak juga terlalu rumit. Tapi sebagian orang lagi beranggapan D5100
adalah kamera tanggung, cukup mahal tapi belum bisa disejajarkan dengan
kamera menengah. Kali ini kami hadirkan review D5100 supaya anda bisa
menilai sendiri apakah D5100 layak dibandrol seharga 7 juta rupiah.
Tinjauan fisik
Nikon D5100 dijual satu paket bersama
lensa kit 18-55mm VR. Dalam dus penjualan selain berisi bodi kamera dan
lensa, juga terdapat baterai, charger, tali kamera dan manual. Kamera
ini sama seperti D5000 dalam hal layarnya yang bisa dilipat. Hanya saja
desain layar lipat D5000 dulu banyak dikritik karena flip down, sehingga
Nikon memperbaikinya di D5100 dengan desain LCD menjadi flip kesamping
kiri (lebih umum). Sebagai DSLR pemula, D5100 masih memiliki banyak
kesamaan dengan adiknya D3100, yaitu bodi plastik, tanpa motor fokus,
modul metering 420 piksel RGB yang kuno, viewfinder cermin (bukan
prisma), minim tombol akses langsung dan tidak ada layar LCD kecil di
bagian atas.

Nikon D5100 dan lensa kit 18-55mm VR
yang kami uji adalah buatan Thailand. Kami rasakan kualitas bahan dari
bodi D5100 masih sama seperti Nikon lainnya yaitu kokoh, sambungannya
rapat dan tidak ada kesan longgar / ringkih. Tidak banyak perbedaan
ukuran yang berarti antara D3100 dengan D5100, keduanya sama-sama kecil
dan ringan, gripnya terasa agak kekecilan untuk orang bertangan besar
pada umumnya. Kami menyukai lapisan karet di bagian grip dan tumpuan
jempol kanan yang memberi kenyamanan ekstra saat menggenggam.

Desain D5100 sepintas mirip dengan DSLR
Nikon lain bila dilihat dari depan, tapi begitu dilihat dari belakang
barulah tampak sangat banyak perubahan tata letak tombol. Hal ini akibat
engsel layar lipat yang kini berada di kiri, sehingga harus mengusir
banyak tombol yang biasanya berderet di sebelah kiri. Jadilah tombol
MENU dan INFO pindah ke bagian atas, sementara tombol PLAYBACK, ZOOM IN
dan ZOOM OUT pindah ke bagian sisi kanan. Bagi yang biasa memakai kamera
DSLR Nikon pasti akan merasa aneh saat pertama memakai D5100 karena
banyaknya perubahan tata letak tombol. Nikon berupaya melakukan reposisi
tombol dengan sisa ruang yang ada di sebelah kanan, kecuali tombol MENU
yang perlu dipindah ke kiri atas. Kami pun perlu beradaptasi dengan
migrasinya tombol-tombol tersebut. Sisi baiknya juga ada, kami jadi bisa
mengoperasikan kamera dengan tangan kanan sementara tangan kiri cukup
menggenggam lensanya saja.

Satu hal yang kami sukai dari bodi D5100
adalah layar LCD-nya. Selain ketajaman layar yang sangat baik (900 ribu
piksel), kami juga suka desain lipatnya yang fleksibel, dan bisa
diputar dengan posisi layar masuk ke dalam bodi untuk melindungi layar
saat tidak dipakai. Untuk mengkomposisi gambar, sarana paling utama
adalah melihat melalui jendela bidik optik, bila ingin lewat LCD harus
menggeser tuas LV (live-view) yang akan dibahas kemudian.
Jendela bidik D5100 termasuk biasa saja dengan coverage 95% dengan
pembesaran 0.78x. Akan ada sedikit perbedaan framing coverage antara yang dilihat di jendela bidik dan foto aslinya.
Nikon D5100 punya dua sensor remote,
satu di bagian depan dan satu di belakang (dekat tombol MENU). Di
bagian atas tampak ada tombol warna merah khusus untuk merekam video. Di
sisi kiri ada pintu karet yang bila dibuka akan tampak beberapa port
seperti untuk USB (dan multifungsi dengan kabel AV), HDMI, GPS dan mic
eksternal. Di sebelah kanan ada pintu SD card yang terasa agak longgar
meski saat kondisi tertutup. Di bagian bawah ada pintu untuk melepas
baterai. Desain slot baterai sudah semakin baik dengan sistem pengaman
sehingga bila tutup baterai dibuka, baterai tidak langsung meluncur
lepas dari kamera.
Fitur dan menu
Meski kamera D5100 termasuk dalam
golongan kamera pemula namun sudah dibekali dengan fitur yang cukup
lengkap. Agak berbeda dengan D3100 yang fiturnya cukup basic, maka pada
D5100 beberapa setting yang lebih canggih disertakan juga seperti HDR
mode, 14 bit RAW, bracketing, berbagai level Active D-Lighting dan berbagai Effect mode. D5100 juga punya sensor yang lebih tinggi resolusinya (16 MP vs 14 MP), ISO maksimum yang lebih tinggi (6400 vs 3200), burst lebih
cepat (4 fps vs 3 fps) dan punya layar LCD yang tajam (900 ribu piksel
vs 230 ribu) serta bisa dilipat. Tapi D5100 dan D3100 sama dalam hal
modul metering, modul AF dan sama-sama tidak dibekali motor fokus (jadi
untuk bisa auto fokus harus pakai lensa Nikon berkode AF-S).

Pada shooting mode selain ada mode standar Auto, P, A, S, M dan Scene Mode, terdapat juga mode Effect
yang menarik, meski belum tentu dibutuhkan. Pilihan efek yang ada
diantaranya Miniature effect, Night Vision, Low Key, High Key, Sketch,
Siluet dan Color swap. Justru fitur yang kami suka di D5100 adalah HDR shooting
yang bisa mengambil dua foto dengan berbeda eksposur lalu menggabungkan
keduanya dan menghasilkan satu gambar dengan rentang dinamis yang lebih
lebar.
Menu di D5100 pun agak berbeda dengan
D3100. Menu di D5100 lebih menyamai kamera kelas diatasnya seperti D90
atau D7000 dengan ciri punya berbagai Custom setting yang kompleks dengan kode huruf dan warna. Pada D3100 tidak ada Custom setting karena semua pengaturan dilebur di Shooting menu.
Soal kemampuan rekam video D5100 ini sudah sangat baik dengan full HD movie , berbagai pilihanframe rate,
mode AF-F (fokus kontinu) dan mic eksternal (sayangnya built-in mic
masih mono). Tidak ada kemampuan manual eksposur pada D5100 saat merekam
video, kita perlu menentukan dulu bukaan dan ISO yang diinginkan
sebelum mulai merekam. Kabar baiknya, kita bisa mengatur level
sensitivitas microphone bahkan bisa diset ke-off.
Kamera generasi baru seperti D5100 memang sudah bisa mengatur Picture Control
untuk hasil JPG yang bervariasi. Dengan begitu maka kita tidak perlu
mengolah foto satu persatu di komputer untuk mendapat kontras atau
saturasi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Terdapat berbagai style yang sudah diatur dari pabrik seperti Standard, Neutral, Vivid dan sebagainya. Bila mau, setiap style
bisa diatur lagi parameternya seperti ketajaman, kontras, kecerahan,
saturasi dan tone (hue) warna. Dengan demikian maka setiap pemilik
kamera D5100 bisa menyimpan style yang berbeda sesuai selera.
Fitur bracketing berguna untuk
mengambil tiga gambar yang berbeda setting, biasanya perbedaan terang
gelap atau eksposur (AE). Tapi di D5100 fitur ini diperluas menjadi ada
beberapa pilihan bracketing yaitu AE, WB dan ADL bracketing. Fitur bracketing ini tidak ditemui di D3100, sementara pada D90 atau yang lebih canggih, fitur ini bisa diakses dengan menekan tombol BKT.
Operasi
Bagaimanapun juga kamera D5100 bukan
tergolong kamera kelas menengah. Jadi jangan bayangkan ada tombol khusus
misalnya untuk mengganti WB, ISO atau AF mode. Untuk itu perlu
menggantinya dengan masuk ke MENU. Untungnya Nikon menyediakan jalan
pintas untuk mengganti berbagai setting penting dengan menekan tombol
INFO di bagian belakang (tombol ini disimbolkan dengan <i>). Tekan
sekali tombol <i> maka di layar akan muncul informasi penting
seperti mode apa yang sedang dipakai, berapa shutter-aperture-ISO yang
dipilih dan berbagai info penting lainnya (lihat contoh gambar di atas).
Untuk mengganti setting disana cukup tekan <i> sekali lagi.
Terdapat berbagai Release mode di D5100, misalnya single frame (S), continuous, self timer dan Quiet shutter. Tidak seperti di D3100, opsi Release mode di D5100 harus dicari via MENU. Quiet shutter sendiri akan meredam suara cermin sehingga tidak terlalu terdengar keras.
Hasil foto bisa dilihat dengan menekan tombol playback berwarna biru. Foto yang ditampilkan di layar bisa dibuat full foto atau disertai data teknis pemotretan seperti gambar diatas.
Kinerja
Sebagai kamera DSLR pemula, kami tidak
berharap kinerja tinggi dari D5100 ini. Maka begitulah, meski jauh lebih
responsif dari kamera non DSLR, D5100 ini masih tergolong biasa saja
dalam urusan kinerja. Misalnya shutter speed maksimal ‘hanya’ 1/4000
detik dan flash sync speed hanya 1/200 detik. Untuk urusan burst atau continuous shooting kamera ini hanya sekitar 4 fps saja, tapi toh hanya terpaut sedikit dengan D90 yang bisa 4,5 fps. Lalu dalam hal start up, shutter lag, shot to shot kamera ini tidak ada komplain apapun, bekerja sesuai harapan. Kabar baiknya, Nikon sudah memakai engine Expeed generasi 2 untuk D5100 yang lebih bertenaga. Terbukti saat mode Active D-Lighting diaktifkan,
kamera tidak perlu waktu tambahan untuk memproses foto yang baru
diambilnya. Hal ini berbeda dengan kamera generasi sebelumnya yang kalau
ADL diaktifkan maka setiap memotret kamera seperti kedodoran untuk
memproses ADL pada foto, yang prosesnya sekitar setengah sampai satu
detik.

Kemampuan auto fokus D5100 sangat baik, dengan fleksibilitas tinggi berkat 11 titik AF (meski hanya titik tengah yang cross type) dan titik fokusnya bisa dipilih secara manual atau otomatis. Soal servo fokus, D5100 juga bisa mengikuti obyek yang bergerak (dynamic area)
dan bahkan bisa mengenali obyek dari warnanya sehingga bisa terus
mengikuti gerakan si obyek dan tetap menjaga fokus terbaiknya, meski
obyek ini bergerak ke kiri kanan atau ke depan belakang, berkat adanya
fitur 3D tracking AF.
Pada bagian atas kamera terdapat satu tuas untuk mengaktifkan mode live-view. Berbeda seperti tuas live-view di
D3100 dan D7000 yang berada di bagian belakang kamera, tuas di D5100
ini berada di samping kanan mode dial. Jadi bila ingin memotret dengan
melihat preview gambar di layar LCD, geser dulu tuas live-view ini sesuai arah panah, dan bila ingin merekam video barulah tombol warna merah ditekan. Kinerja kamera saat berada di mode live-view
tergolong baik, meski untuk auto fokusnya harus beralih dari deteksi
fasa (11 titik) ke deteksi kontras. Memang auto fokus saat live-view lebih lambat, tapi kami rasakan dibanding DSLR lain maka D5100 ini cukup cepat dalam mengunci fokus. Keuntungan lain dengan live-view
adalah bisa mendeteksi wajah, serta di layar bisa ditampilkan
pembesaran dari area tengah bidang yang difoto, berguna buat memotret
makro atau saat manual fokus. Pada mode video AF-F, auto fokusnya sudah
bisa melakukan continuous focus, artinya kamera akan selalu
berusaha mendapat fokus meski obyeknya bergerak. Yang namanya berusaha,
kadang berhasil dan kadang gagal. Jadi tetap saja fitur AF-F di mode
video ini belum memuaskan. Live-view sendiri mempunyai timer sehingga setelah beberapa menit dia akan mati guna menghemat baterai dan mencegah sensor kepanasan.
Gambar di atas menunjukkan apa yang akan tampil di layar LCD saat masuk ke mode live-view.
Secara umum tampilan di layar cukup jelas, cerah dan natural dengan
berbagai indikator memeriahkan tampilan layar. Bila indikator ini
mengganggu, cukup tekan tombol INFO dan layar akan jadi bersih dari
berbagai kode dan angka. Tekan INFO sekali lagi akan memunculkan grid untuk membantu komposisi. Sayangnya tidak ada tampilan live histogram saat live-view di D5100.
Kinerja White Balance di D5100 termasuk akurat untuk Auto WB dan berbagai preset yang ada. Bila tone yang didapat dari pilihan WB kurang sesuai selera kita, bisa juga melakukan pengaturan lanjutan dengan menggeser tone warna
di sumbu Amber-Blue atau Green-Magenta sehingga semua spektrum warna
(RGB atau CMY) bisa dicapai. Sayangnya kita tidak bisa langsung
memasukkan temperatur warna dalam satuan Kelvin seperti kamera lain yang
kelasnya lebih canggih.
Sensor dan Hasil foto
Sensor CMOS 16 MP adalah nilai jual
utama dari D5100. Kenapa? Karena sensor ini sama persis dengan yang
dipakai di kamera D7000 yang terkenal paling bagus hasil fotonya, bahkan
pada saat ISO tinggi. Alasan dibalik itu adalah dipakainya teknologi
prossor Expeed2 14 bit yang membuat mampu merekam dynamic range
lebih lebar dibanding prosesor 12 bit seperti D3100 misalnya. Bila 16
MP dirasa terlalu tinggi, tersedia pilihan 9 MP atau 4 MP di pengaturan Image Size pada MENU.
Seperti kamera lain pada umumnya, untuk menghindari menempelnya debu di sensor, di MENU sudah tersedia fitur sensor cleaning.
Ada beberapa opsi pembersihan sensor pilihan seperti gambar diatas, dan
proses bersih-bersih ini (yang menggetarkan sensor untuk merontokkan
debu) memakan waktu 1 sampai 2 detik.
Kombinasi antara sensor dengan engine 14 bit, mode HDR aktif dan Active D-Lighting bisa menghasilkan foto dengan dynamic range yang lebih baik dari biasanya. Kami mencoba memotret sebuah kondisi umum yang pasti akan sulit untuk mendapat dynamic range yang lengkap dengan cara biasa :
Foto diatas tampak gelap di bagian kursi
dan dinding, karena metering kamera berusaha menjaga detil di area
terang (jendela) sehingga area lainnya menjadi gelap. Bila pun
kompensasi eksposur dinaikkan maka yang terjadi detil di area terang
akan hilang (washout). Maka guna mendapat gambar yang lebih
menyerupai mata kita melihat aslinya, kami mencoba gunakan mode HDR
dengan masih ditambahActive D-Lighting ke posisi Extra High, maka hasilnya bisa menjadi seperti ini :
Tampak lebih lumayan kan? Detil di
jendela dan di kursi serta di dinding didapat dengan berimbang. Lalu
kami juga melakukan tes memotret dengan berbagai nilai ISO dan sengaja
mengandalkan cahaya seadanya untuk melihat kinerja ISO D5100 dan
seberapa parah noisenya di ISO tinggi. Pengujian dilakukan dengan sumber
cahaya lingkungan, tanpa flash, resolusi 16 MP, JPEG Fine, WB preset,
ADL off dan Noise reduction OFF (kecuali untuk foto terakhir). Inilah
obyek yang menjadi bahan pengujian noise test kami :
Lalu hasilnya bisa dilihat untuk tiap
kenaikan ISO dari ISO 800 (kami tidak menguji ISO 100 sampai 400 karena
hasil fotonya sama bersihnya), ISO 1600, ISO 3200, ISO 6400 (ISO normal
tertinggi), ISO Hi-1 (setara ISO 12800) dan ISO Hi-2 (setara ISO 25600).
Untuk ISO Hi-2 kami lakukan dua pengujian, yaitu satu tanpa noise reduction dan keduanya dengan noise reduction di kamera diaktifkan ke posisi High.







Nah, dari hasil crop diatas
tampak jelas kalau sensor D5100 memang dahsyat. Paling tidak, sampai ISO
1600 dan cukup cahaya bisa didapat hasil foto yang masih rendah noise.
Pada ISO 3200 barulah noise tampak mulai mengganggu, tapi masih cukup
layak untuk dilihat. Pada ISO maksimal 6400 noise yang muncul bisa
dibilang setara dengan ISO 400 pada kamera saku, dimana detil foto
tampak menurun dan noise terlihat lebih berwarna-warni (chroma noise).
ISO Hi-1 dan Hi-2 disediakan untuk kebutuhan marketing saja, supaya
terdengar keren. Kenyataannya, ISO setinggi ini tidak cocok diberikan
pada kamera DSLR dengan sensor APS-C. Upaya mengurangi noise di kamera
(atau di komputer) memang berhasil mengurangi chroma noise namun secara bersamaan juga mengurangi detail yang ada pada gambar.
Fitur Effect mode pun beberapa
diantaranya menurut kami bakal berguna suatu saat, seperti misalnya
memilih satu warna dan lainnya dibuat monokrom tidak lagi dilakukan di
komputer, melainkan bisa diatur sebelum memotret. Dengan memilih menjaga
warna merah, maka kita bisa membuat warna selain merah jadi monokrom
seperti foto berikut ini :
Kesimpulan
Kesimpulannya D5100 memang unggul dalam
urusan sensor CMOS-nya, khususnya saat berhadapan dengan kontras tinggi
atau saat memakai ISO tinggi. Kombinasi antara Expeed2 14 bit, fitur HDR dan Active D-Lighting
akan banyak membantu menyelamatkan detil di area terang sekaligus area
gelap. ISO 6400 yang notabene adalah ISO maksimal normal pun masih layak
dipakai, plus bonus ada ISO ekspansi sampai ISO 25600 bila terpaksa
(dan ada juga effect Night Vision yang bisa memotret di kondisi sangat minim cahaya, tapi hasilnya hitam putih). Efek lainnya pun menarik seperti efek miniatur (toy camera) atau selective color. Kami juga suka dengan layar LCD lipatnya yang tajam dan memudahkan saat memotret atau merekam video dalam berbagai angle.
Hasil foto yang bagus dengan fitur lengkap ini toh tidak harus
menjadikan kamera ini besar dan berat. D5100 tetap mungil, ringan dan
sepintas mirip dengan D3100 yang sama-sama kamera pemula.
Lalu apa komprominya? Sebagai kamera
seharga 7 juta, agak sayang memang kalau D5100 ini cuma dianggap kamera
pemula yang mungkin akan dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.
Apalagi di harga 8,4 juta ada Canon EOS 60D kit sebagai pesaing terdekat
sederet fitur semi pro, atau di harga 6,5 juta ada Canon EOS 600D kit
yang bisa mengganggu penjualan Nikon D5100. Andaikata D5100 punya
beberapa tombol akses langsung ke WB, ISO atau AF mode, tentu lebih
menyenangkan. Lalu limitasi pilihan lensa yang bisa auto fokus tetap
menjadi pengalaman yang tidak enak bagi pemakai D5100 (banyak lensa
Nikon lama seperti lensa AF atau AF-D yang bagus dan murah di pasaran,
baru atau bekas, kalau dipasang di D5100 hanya bisa manual fokus). Nikon
juga belum membolehkan pemakai D5100 untuk mengatur flash eksternal
secara wireless (padahal Canon EOS 600D bisa) dan belum bisa memilih nilai Kelvin dari White Balance secara manual (meski preset WB dan color shift
di pengaturan WB cukup canggih). Terakhir, Nikon semestinya memberikan
kebebasan pemakai D5100 untuk mengatur shutter dan aperture saat merekam
video, mengingat fitur video di D5100 sudah sangat baik (bila ditinjau
dari resolusi video, mode fokus kontinu AF-F dan pengaturan audionya).
Trik Menjadi Fotogenik
Hal yang hrus diperhatikan biar kamu jadi tampak fotogenik:
1. Ekspresi & fokus mata
Dalam pemotretan, sering sang fotografer meminta model untuk “mengisi mata” , maksudnya adalah sorot mata yang ekspresif saat menatap kamera, tatapn mata yg terlihat kosong memberi kesan kurang hidup, bukan dengan” membelalakkan mata” tapi coba bicara dgn hati dan pikiran anda, untuk lebih membantu, ga ada salahnya berkaca didepan cermin utk melatih ekspresi..
2. Bahasa Tubuh
Menjaga postur tubuh saat duduk, berdiri, berjalan memilki nilai penting, hal ini menunjang bahasa tubuh saaatberpose di depan kamera dalam hal pemotretan. Gerakan terlihat lebih luwes, elegan, tidak kaku sehingga memudahkan fotografer untuk mengarahkan gaya sesuai dengan busana yg dipakai.
3. Penampilan Serasi
Selain wajah segar, make-up dan rambut yang menunjang, busana yg sesuai dgn bntuk tubuh dan warna kulit juga memberi pengaruh, hindari busana yg membuat anda tampak lbih emuk atau terlihat lbih pendek.
4. Jangan mengandalkan teknologi
Walaupun teknologi digital membantu menyempurnakan hasil foto, sebaiknya merias wajah tetap dilakukan untuk menunjang hasil ahir. biasakan mengaplikasikan riasan dengan halus dan membaur, karena inti dari merias wajah adalahmenonjolkan kelebihan dan menyamarkan kekurangan.
5. Angel Wajah
bagian kiri dan kanan wajah terkadang berbeda, maka dari itu dibutuhkan angle untukmendapat sisi yang paling menarik. Biasanya dapat dicoba setelah beberapa kali foto. Tulang pipi tinggi dan rahang yang menonjol, di salah satu sisi biasanya menjadi angle andalan, karena menunjukan karakter lebih kuat.
6. Percaya Diri
Percaya diri bahwa semua kekurangan dan kelebihan tiap individumerupakan anugerah. Halini membuat seseorang menjadi unik dan menarik. Tanpa keyakinan tersebut sebuah foto tidak akan menghasilkan karya yang maksimal.
7. Kesegaran kulit
Kulit wajah yang terlihat segar dan terawat sangat bersahabat dengan kamera. Jika pemotretan berlangusng keesokan hari, hindari tidur larut malam, karena mengakibatkan kulit berminyak dan tampak “layu” . Untuk mengatasi masalah ini, bisa dibantu dengan membasuh wajah dengan air dingin di pagi hari untuk mengecilkan pori, setelah itu pakai pelmbab wajah.
8. Riasan Wajah sesuai dengan lokasi.
Pemotretan outdoor dan indoor memiliki teknik riasan yang berbeda. Riasan outdoor sebaiknya diaplikasikan dengan gaya riasan seminimal mungkin. Gunakan alas bedak water proof dan perona mata warna pastel. Untuk pemotretan indoor, sesuaikan dengan kondisi dan tema.
9. Bekerja sama dengan tim pemotretan
Berkomunikasi dengan tim pemotretan muali dari perias wajah, pengarah gaya, hingga fotografer mengenai konsep foto yang akan dikerjakan. Hal ini akan mencairkan suasana sehingga terasa nyaman, dan menciptakan mood yan baik, hasil karya pun akan terlihat tidak kaku.
10. Rias wajah yang tepat
Pilihlah alas bedak yang berbentuk cair yang mudah diaplikasikan agar riasan pada foto tidak terlihat seperti topeng, gunakan alas bedak setingkat lebih gelap dari warna kulit dan ratakan dengan bedak senada dengan warna kulit agar terlihat natural.
Agar mata terlihat berbinar di kamera, berikut ada tips2 khusus :
Untuk struktur wajah yang keras dan bentuk rahang tegas, hindari riasan yang “berat” agar tidak terkesan maskulin. Riasan dimulai dari daerah mata yang akan berpengaruh pada penampilan kelseluruhan.
Untuk mata sipit : Perona mata yang mengkilap, kurang menguntungkan bagi bentuk mata sipit. saat lampu kamera menyala, maka akan memantulkan cahaya, maka mata akan terlihat semakin sipit. Atasi dengan kombinasi warna teknik gradasi dengan warna coklat atau abu2 gelap. ambahkan bulu mata palsu dan eyeliner agar mata terlihat”lebar”
Untuk mata cekung: Hindari perona mata warna gelap. Warna gelap akan memberikan efek dimensi lebih dalam pada bentuk mata yang hasilnya akan terlihat mata semakin cekung, sebaiknya pilih warna2 cerah dan terang
Untuk mata cembung: Sangat tidak disarankan mengaplikasikan perona mata warna terang maupun penggunaan eyeliner dibawah mata.Untuk membingkai mata lebih cantik, meinkan gradasi warna gelap dengan teknik arsir, tambahkan bulu mata natural.
Untuk mata turun berkesan sedih: Untuk menambah ceria pada bentuk mata, bingkai eyeliner hitam beri efek garis tarikan ke atas.
Nah, untuk yang suka jeprat jepret sana sini, mungkin trik trik tadi di atas sangat membantu agar foto foto yang dihasilkan dapat terlihat maksimal.
Bagian - Bagian Kamera DSLR
1.Body
Nah tiap kamera DSLR, pasti punya body kamera. Body camera adalah mesin camera DSLR. Dari body itu ada banyak bagian-bagian yang ada. Seperti Lensa, layar LCD, dll.
2.Lensa
Lensa pada kamera selalu ada pada depan body. Fungsi lensa ini adalah untuk mengambil obyek yang akan kita foto. Seperti pada artikel Jenis-Jenis Kamera telah dijelaskan macam-macam lensa pada kamera DSLR.
3.LCD
LCD pada kamera DSLR terletak pada belakang body kamera. Setiap kamera DSLR memiliki tampilan LCD yang berbeda-beda. Fungsi LCD ini adalah untuk menampilkan hasil foto yang kita ambil atau juga bisa untuk menampilkan info-info settingan kamera, info pencahayaan pada gambar,dll . Pada tipe kamera tertentu, terdapat 2 LCD. Yang pertama dibelakang body, dan yang kedua berada diatas body dekat Shutter Button.
Nah tiap kamera DSLR, pasti punya body kamera. Body camera adalah mesin camera DSLR. Dari body itu ada banyak bagian-bagian yang ada. Seperti Lensa, layar LCD, dll.
2.Lensa
Lensa pada kamera selalu ada pada depan body. Fungsi lensa ini adalah untuk mengambil obyek yang akan kita foto. Seperti pada artikel Jenis-Jenis Kamera telah dijelaskan macam-macam lensa pada kamera DSLR.
3.LCD
LCD pada kamera DSLR terletak pada belakang body kamera. Setiap kamera DSLR memiliki tampilan LCD yang berbeda-beda. Fungsi LCD ini adalah untuk menampilkan hasil foto yang kita ambil atau juga bisa untuk menampilkan info-info settingan kamera, info pencahayaan pada gambar,dll . Pada tipe kamera tertentu, terdapat 2 LCD. Yang pertama dibelakang body, dan yang kedua berada diatas body dekat Shutter Button.
bagian atas kamera nikon
LCD belakang kamera canon bagian atas kamera canon
4.Flash
Pada kamera DSLR ada 2 jenis flash. Pertama flash internal atau flash bawaan body camera. Kedua adalah flash eksternal atau flash tambahan. Masing-masing flash mempunyai fungsi tersendiri. Flash internal digunakan jika cahaya tidak terlalu gelap. Flash eksternal digunakan ketika cahaya sangat gelap. Daya pancar flash eksternal lebih luas daripada flash internal. Flash eksternal juga bisa dipantulkan pencahaanya ke sudut tertentu.
Pada kamera DSLR ada 2 jenis flash. Pertama flash internal atau flash bawaan body camera. Kedua adalah flash eksternal atau flash tambahan. Masing-masing flash mempunyai fungsi tersendiri. Flash internal digunakan jika cahaya tidak terlalu gelap. Flash eksternal digunakan ketika cahaya sangat gelap. Daya pancar flash eksternal lebih luas daripada flash internal. Flash eksternal juga bisa dipantulkan pencahaanya ke sudut tertentu.
flash internal pada body kamera
5.View Finder
ViewFinder adalah bagian pada kamera yang digunakan untuk membidik suatu obyek. Atau kata lain tempat untuk kita melihat suatu obyek. Letaknya berada tepat diatas LCD.
ViewFinder adalah bagian pada kamera yang digunakan untuk membidik suatu obyek. Atau kata lain tempat untuk kita melihat suatu obyek. Letaknya berada tepat diatas LCD.
6.Hotshoe
Hotshoe adalah tempat flash eksternal. Biasanya berada diatas tutup flash internal.
hotshoe
7.Lenshood
Lenshood berfungsi untuk mengurangi cahaya yang masuk agar tidak terjadi overlight pada gambar. Letaknya berada didepan lensa. Pemakaian Lenshood digunakan seperlunya. Pada lensa-lensa tertentu ada yang tidak memerlukan Lenshood, karena kalau digunakan akan menimbulkan titik-titik hitam atau bayangan hitam dipinggir gambar. Jadi gunakanlah Lenshood sebijak mungkin.
Lenshood berfungsi untuk mengurangi cahaya yang masuk agar tidak terjadi overlight pada gambar. Letaknya berada didepan lensa. Pemakaian Lenshood digunakan seperlunya. Pada lensa-lensa tertentu ada yang tidak memerlukan Lenshood, karena kalau digunakan akan menimbulkan titik-titik hitam atau bayangan hitam dipinggir gambar. Jadi gunakanlah Lenshood sebijak mungkin.
Langganan:
Postingan (Atom)